Download Music Rock - Deep Purple, Sang Rock Legend. Deep Purple merupakan salah satu band rock terbaik yang pernah ada dalam sejarah musik dunia. Bagaimana sejarahnya ?
Bersama Led Zeppelin dan Black Sabbath, oleh sejumlah kalangan dan pencinta musik rock Deep Purple dianggap sebagai pionir heavy metal. Cikal bakal Deep Purple sendiri tidak terlepas dari sang tokoh legendaris multi talentanya, John Lord, yang merupakan komposer dan pencipta lagu di hampir seluruh lagu hitsnya. John Lord sebelumnya bermain untuk The Flowerpot Man bersama rekan pemusik lainnya, Chris Curtis, dan seorang pengusaha yang mencoba menjadi produser musik, Tony Edwards. Sejak bergabungnya Ritchie Blackmore pada 1967, terbentuklah sebuah band legendaris pada tahun 1968 yang kelak mengalahkan popularitas Led Zeppelin.
Motor Deep Purple, John Lord (1941 - 2012 ) |
Gonta-ganti Formasi Dan "Mark"
Deep Purple dianggap sebagai rock legend unik yang paling sering bongkar-pasang formasi. Bayangkan, sejak dibentuk tahun 1968, grup asal Inggris ini tak kurang telah delapan kali bongkar pasang line up mereka. Bahkan, untuk menandai kekhususannya, cara membuat formasi itu diberi nama “Mark”. Maka jadilah, Deep Purple versi formasi Mark I hingga saat ini, Mark VIII.
Deep Purple Formasi 1968 |
Setiap Mark, tentu punya kisah dan cerita tersendiri. Setiap Mark memiliki sukses sendiri. Namun, hanya satu yang tak berubah dari Deep Purple. Sejak dulu, hingga sekarang, mereka tetap mendapat julukan sebagai pionir heavy metal atau hard rock modern, bersama Led Zeppelin, dan Black Sabbath.
Ya, mulai Mark I, yang menghasilkan tiga album: Shades of Deep Purple, The Book of Taliesyn (1968), dan Deep Purple (1969), hingga Mark VIII yang terakhir mengeluarkan album Rapture of Deep Purple pada tahun 2005, yang merupakan album ke-18 mereka, Deep Purple tetap selalu mendapat tempat di hati pencintanya.
Dari total delapan Mark ini, ada satu komposisi klasik, yang sampai tiga kali terbentuk, hingga disebut Mark IIa, IIb, dan IIc . Formasi ini terdiri dari Ian Gillan (vokal), Ritchie Blackmore (gitar), Roger Glover (bass), Ian Paice (drum), dan Jon Lord (kibor).
Lewat komposisi ini, Deep Purple berhasil merilis delapan dari total 18 album studio mereka. Lagu-lagu yang dihasilkan line up ini juga begitu melegenda. Sebut saja “Hush”, “Child in Time”, Soldier of Fortune”,”Highway Star”, “Burn”, “Strange Kind of Woman”, “Black Night”, dan banyak lagi. Lewat komposisi ini pulalah Deep Purple menjulang setinggi langit melalui masterpiece mereka, “Smoke on The Water” di album Machine Head tahun 1972.
Ritchie Blackmore, Gitaris Legendaris
Deep Purple menggunakan unsur psychedelia dan classical dalam musik gaya bar-band mereka. Cara membuat dunia terkagum-kagum dengan musik mereka adalah adanya perpaduan konsep musik klasik dengan rock. Mereka memikat dunia dengan album berpengaruh Deep Purple in Rock, yang dipandang sebagai pelopor hard rock progresif. Dan di Fireball, mereka meningkatkan volume dan dengan Machine Head, mereka menaklukan dunia hard rock dan menantang Led Zeppelin dalam hal popularitas.
Richie Blackmore - Sang Gitarist Legendaris Deep Purple |
Pada bulan Desember 1967, Curtis merekrut Ritchie Blackmore yang ketika itu sedang mengadu nasib di Jerman bersama Neil Christian And The Crusaders.
Sebelum di Jerman, Blackmore pernah bergabung dengan The Outlaws dan Screaming Lord Sutch And The Savages. Lagu “The Address” dan “Mandrake Root” ditulis pada pertemuan pertama Blackmore dan Lord. Tak lama kemudian bergabung pula rekan pemetik bas Lord di The Flowerpot Man, Nick Simper. Untuk mengisi posisi vokalis serta penabuh drum, Lord dan Blackmore merekrut Rod Evans dan Ian Paice. Setelah sempat menamakan diri sebagai Roundabout, bulan Maret 1968 mereka resmi menjadi Deep Purple.
Sebelum memutuskan nama Deep Purple Nama nama lain yang sempat di usulkan sebagai nama band adalah “Orpheus“, “Concrete God“, juga nama “Sugarlump“. Pada suatu pagi, Ritchie mengusulkan nama “Deep Purple” karena itu nama lagu favorit neneknya, yang cukup populer pada tahun 1920-an dan menjadi hit kelompok Nino Tempo And April Steven tahun 1963.
Komposisi awal Deep Purple tahun 1968 adalah Ritchie Blackmore pada gitar, Jon Lord pada organ Hammond, Rod Evans pada vokal, Nick Simper pada bass dan Ian Paice pada drum. Band meraih kesuksesan besar dengan men-cover "Hush" dari Joe South, yang muncul dalam album debut Shades of Deep Purple. Band mendapat pesanan untuk mendukung Cream dalam Goodbye Tour, namun segera diberhentikan karena mendapatkan sambutan luar biasa yang mengancam band utama. Tahun 1969, dua album sukses dirilis yakni The Book of Taliesyn dan Deep Purple, yang terdapat beberapa track yang diiringi symphony orchestra.
Setelah tiga album dan tur intensif di AS, tahun 1969, Simper dan Evans didepak secara tiba-tiba oleh Blackmore, Lord, dan Paice. Ritchie keluar-masuk pub untuk mencari pengganti. Akhirnya, dia terkesan dengan dua personel Episode Six, Ian Gillan serta Roger Glover. Ian Gillan menggantikan Rod Evans dan Roger Glover menggantikan Nick Simper. Pergantian ini membentukan line-up Deep Purple yang paling beresensi. Begitu dibentuk, line-up baru ini membuat album live monumental Concerto for Group and Orchestra, komposisi tiga bagian yang ditulis Jon Lord dan dimainkan bersama London Philharmonic Orchestra di Royal Albert Hall. Bersama Five Bridges dari The Nice, Concerto tergolong kolaborasi awal antara band rock dengan orkestra.
Setelah album orkestra, Deep Purple membuat album berpengaruh, Deep Purple in Rock, yang dianggap sebagai musik hard rock progressive. Setelah itu mereka rilis Fireball dan Machine Head, album terkenal yang membawakan mereka ke puncak ketenaran dunia. Beberapa bulan kemudian, rekaman konser 2 pertunjukan mereka di Osaka dirilis dengan judul Made in Japan, sebuah album ganda live yang merupakan salah satu album live terbaik hingga hari ini. Line-up klasik ini juga menghasilkan Who Do We Think We Are, album yang menampilkan hit “Woman from Tokyo”.
Dengan ketenaran luar biasa yang dicapai, ketidak cocokan pun terjadi. Ian Gillan dan Roger Glover berpisah dengan Deep Purple dan posisi mereka diganti penyanyi baru David Coverdale dan bassist/vokalis Glenn Hughes dari Trapeze. Line-up ini membuahkan album heavy blues rock Burn, salah satu album tersukses Deep Purple. Hughes dan Coverdale menambahkan elemen R&B/soul kedalam musik band yang sangat terasa dalam album berikutnya Stormbringer. Ritchie Blackmore tidak menyukai sound ini dan meninggalkan Deep Purple untuk membentukkan Rainbow.
Dengan kepergian Blackmore, Deep Purple membuka lowongan besar yang kemudian diisi Tommy Bolin, gitaris Amerika yang sudah pernah bergabung dengan Zephyr, James Gang dan Billy Cobham. Penggabungan Bolin kelihatan ideal, akan tetapi album terbitan tahun 1975, Come Taste the Band, gagal. Album ini tidak disukai peggemar lama dan tidak sanggup menarik penggemar baru, dikarenakan sound yang agak jauh dari sound orisinil Deep Purple. Bolin ternyata belum siap mengisi sepatu besar Blackmore sehingga mendapatkan ejekan dari audiens dalam beberapa pertunjukan yang permainannya tidak stabil. Kecanduan dirinya atas heroin juga memperparah keadaan dan setelah tur traumatis Come Taste the Band, band bubar. Tidak lama setelah itu, Tommy Bolin meninggal dunia akibat overdosis heroin dalam perjalanan tur mendukung Jeff Beck.
Selanjutnya, beberapa anggota Deep Purple cukup berhasil dalam karir pribadi melalui band masing-masing antara lain Rainbow, Whitesnake dan Gillan. Sementara itu, sering ada upaya promotor untuk membentukkan kembali Deep Purple, terutama dengan kembalinya pasar hard rock pada dekade 1980an.
Deep Purple resmi dibentuk kembali pada April 1984. Pernyataan pembentukan kembali dilontarkan The Friday Rock Show BBC, bahwa line-up klasik awal 70an yang terdiri dari Blackmore, Gillan, Glover, Lord dan Paice telah dibentuk kembali dan mulai merekam materi baru. Band menandatangani kontrak dengan Polydor di Eropa dan Mercury di Amerika. Oktober 1984, Perfect Stranger dirilis dan didukung tur dari New Zealand sampai ke Eropa. Tur berjalan sukses dan sewaktu kembali ke Inggris, mereka bermain satu malam di Knebworth dengan dukungan Scorpions didepan 80.000 audiens.
Tahun 1987, line-up ini kembali membuat album The House of Blue Light dan mengadakan tur meskipun penjualan agak menurun. Beberapa show direkam untuk album live Nobody’s Perfect tahun 1988. Dan ditahun yang sama di UK, mereka rilis versi baru “Hush” untuk merayakan 20 tahun terbentuknya Deep Purple. Tahun 1989, Ian Gillan dipecat akibat ketidakakuran dengan Ritchie Blackmore dan posisinya diganti bekas vokalis Rainbow, Joe Lynn Turner. Line-up ini menghasilkan album Slaves and Masters dan sebuah tur.
Namun setelah tur, Turner dipecat dari band berhubung Jon Lord, Ian Paice dan Roger Glover menginginkan Ian Gillan kembali. Blackmore mengalah dan line-up klasik ini dibentuk kembali dan membuat The Battle Rages On pada tahun 1993. Selama tur Eropa musim gugur 1993 yang sukses, ketegangan antara Gillan dan Blackmore kembali muncul dan kali ini Blackmore yang hengkang. Band mengajak Joe Satriani untuk memenuhi show Desember di Jepang. Satriani bergabung hingga tur Eropa 1994 selesai dan sewaktu diajak untuk menetap di Deep Purple, dia menolak karena ingin meneruskan karir solo. Band kemudian mendapatkan Steve Morse, gitaris Dixie Dregs, untuk menjadi pengganti Blackmore yang permanen.
Sebelum di Jerman, Blackmore pernah bergabung dengan The Outlaws dan Screaming Lord Sutch And The Savages. Lagu “The Address” dan “Mandrake Root” ditulis pada pertemuan pertama Blackmore dan Lord. Tak lama kemudian bergabung pula rekan pemetik bas Lord di The Flowerpot Man, Nick Simper. Untuk mengisi posisi vokalis serta penabuh drum, Lord dan Blackmore merekrut Rod Evans dan Ian Paice. Setelah sempat menamakan diri sebagai Roundabout, bulan Maret 1968 mereka resmi menjadi Deep Purple.
Sebelum memutuskan nama Deep Purple Nama nama lain yang sempat di usulkan sebagai nama band adalah “Orpheus“, “Concrete God“, juga nama “Sugarlump“. Pada suatu pagi, Ritchie mengusulkan nama “Deep Purple” karena itu nama lagu favorit neneknya, yang cukup populer pada tahun 1920-an dan menjadi hit kelompok Nino Tempo And April Steven tahun 1963.
Komposisi awal Deep Purple tahun 1968 adalah Ritchie Blackmore pada gitar, Jon Lord pada organ Hammond, Rod Evans pada vokal, Nick Simper pada bass dan Ian Paice pada drum. Band meraih kesuksesan besar dengan men-cover "Hush" dari Joe South, yang muncul dalam album debut Shades of Deep Purple. Band mendapat pesanan untuk mendukung Cream dalam Goodbye Tour, namun segera diberhentikan karena mendapatkan sambutan luar biasa yang mengancam band utama. Tahun 1969, dua album sukses dirilis yakni The Book of Taliesyn dan Deep Purple, yang terdapat beberapa track yang diiringi symphony orchestra.
Setelah tiga album dan tur intensif di AS, tahun 1969, Simper dan Evans didepak secara tiba-tiba oleh Blackmore, Lord, dan Paice. Ritchie keluar-masuk pub untuk mencari pengganti. Akhirnya, dia terkesan dengan dua personel Episode Six, Ian Gillan serta Roger Glover. Ian Gillan menggantikan Rod Evans dan Roger Glover menggantikan Nick Simper. Pergantian ini membentukan line-up Deep Purple yang paling beresensi. Begitu dibentuk, line-up baru ini membuat album live monumental Concerto for Group and Orchestra, komposisi tiga bagian yang ditulis Jon Lord dan dimainkan bersama London Philharmonic Orchestra di Royal Albert Hall. Bersama Five Bridges dari The Nice, Concerto tergolong kolaborasi awal antara band rock dengan orkestra.
Setelah album orkestra, Deep Purple membuat album berpengaruh, Deep Purple in Rock, yang dianggap sebagai musik hard rock progressive. Setelah itu mereka rilis Fireball dan Machine Head, album terkenal yang membawakan mereka ke puncak ketenaran dunia. Beberapa bulan kemudian, rekaman konser 2 pertunjukan mereka di Osaka dirilis dengan judul Made in Japan, sebuah album ganda live yang merupakan salah satu album live terbaik hingga hari ini. Line-up klasik ini juga menghasilkan Who Do We Think We Are, album yang menampilkan hit “Woman from Tokyo”.
Dengan ketenaran luar biasa yang dicapai, ketidak cocokan pun terjadi. Ian Gillan dan Roger Glover berpisah dengan Deep Purple dan posisi mereka diganti penyanyi baru David Coverdale dan bassist/vokalis Glenn Hughes dari Trapeze. Line-up ini membuahkan album heavy blues rock Burn, salah satu album tersukses Deep Purple. Hughes dan Coverdale menambahkan elemen R&B/soul kedalam musik band yang sangat terasa dalam album berikutnya Stormbringer. Ritchie Blackmore tidak menyukai sound ini dan meninggalkan Deep Purple untuk membentukkan Rainbow.
Dengan kepergian Blackmore, Deep Purple membuka lowongan besar yang kemudian diisi Tommy Bolin, gitaris Amerika yang sudah pernah bergabung dengan Zephyr, James Gang dan Billy Cobham. Penggabungan Bolin kelihatan ideal, akan tetapi album terbitan tahun 1975, Come Taste the Band, gagal. Album ini tidak disukai peggemar lama dan tidak sanggup menarik penggemar baru, dikarenakan sound yang agak jauh dari sound orisinil Deep Purple. Bolin ternyata belum siap mengisi sepatu besar Blackmore sehingga mendapatkan ejekan dari audiens dalam beberapa pertunjukan yang permainannya tidak stabil. Kecanduan dirinya atas heroin juga memperparah keadaan dan setelah tur traumatis Come Taste the Band, band bubar. Tidak lama setelah itu, Tommy Bolin meninggal dunia akibat overdosis heroin dalam perjalanan tur mendukung Jeff Beck.
Selanjutnya, beberapa anggota Deep Purple cukup berhasil dalam karir pribadi melalui band masing-masing antara lain Rainbow, Whitesnake dan Gillan. Sementara itu, sering ada upaya promotor untuk membentukkan kembali Deep Purple, terutama dengan kembalinya pasar hard rock pada dekade 1980an.
Deep Purple resmi dibentuk kembali pada April 1984. Pernyataan pembentukan kembali dilontarkan The Friday Rock Show BBC, bahwa line-up klasik awal 70an yang terdiri dari Blackmore, Gillan, Glover, Lord dan Paice telah dibentuk kembali dan mulai merekam materi baru. Band menandatangani kontrak dengan Polydor di Eropa dan Mercury di Amerika. Oktober 1984, Perfect Stranger dirilis dan didukung tur dari New Zealand sampai ke Eropa. Tur berjalan sukses dan sewaktu kembali ke Inggris, mereka bermain satu malam di Knebworth dengan dukungan Scorpions didepan 80.000 audiens.
Tahun 1987, line-up ini kembali membuat album The House of Blue Light dan mengadakan tur meskipun penjualan agak menurun. Beberapa show direkam untuk album live Nobody’s Perfect tahun 1988. Dan ditahun yang sama di UK, mereka rilis versi baru “Hush” untuk merayakan 20 tahun terbentuknya Deep Purple. Tahun 1989, Ian Gillan dipecat akibat ketidakakuran dengan Ritchie Blackmore dan posisinya diganti bekas vokalis Rainbow, Joe Lynn Turner. Line-up ini menghasilkan album Slaves and Masters dan sebuah tur.
Namun setelah tur, Turner dipecat dari band berhubung Jon Lord, Ian Paice dan Roger Glover menginginkan Ian Gillan kembali. Blackmore mengalah dan line-up klasik ini dibentuk kembali dan membuat The Battle Rages On pada tahun 1993. Selama tur Eropa musim gugur 1993 yang sukses, ketegangan antara Gillan dan Blackmore kembali muncul dan kali ini Blackmore yang hengkang. Band mengajak Joe Satriani untuk memenuhi show Desember di Jepang. Satriani bergabung hingga tur Eropa 1994 selesai dan sewaktu diajak untuk menetap di Deep Purple, dia menolak karena ingin meneruskan karir solo. Band kemudian mendapatkan Steve Morse, gitaris Dixie Dregs, untuk menjadi pengganti Blackmore yang permanen.
Deep Purple Lebih Modern Bersama Steve Morse
Line-up ini menikmati kesuksesan selama dekade 1990-an dan menghasilkan album yang disambut hangat kritikus yakni Purpendicular (1996) dan Abandon (1998). Di album debutnya bersama Deep Purple, Purpendicular, yang dirilis tahun 1996, Morse yang pernah bergabung dengan Dixie Regs dan Kansas, langsung membuktikan kapasitasnya sebagai gitaris andal. Terasa sekali, musik rock-baca heavy metal– ala Deep Purple jadi lebih modern, saat kita mendengar lagu “Somebody Stole My Guitar”. Kocokan gitar Morse seperti menjadi asyik untuk dititi oleh range vokal Gillan yang begitu lebar. Hadirnya Steve Morse dianggap sangat memiliki manfaat dalam hal perubahan dan modernisasi rock Deep Purple.Steve Morse, Modernisasi Rock Deep Purple |
Sementara di lagu jagoan “Vavoom, Ted The Mechanic”, Morse berhasil memasukkan teknik-teknik gitaran rock modern ala gitaris shredder alias gitaris yang mengandalkan kecepatan tangan. Sungguh, mendengar lagu ini, bukan seperti Deep Purple, seolah tengah mendengar aksi Nuno Bettencourt, yang terkenal dengan permaianan kecepatan jemari di atas dawai gitar.
Di album terakhir Deep Purple, Rapture of Deep Purple, yang dirilis tahun 2005, Morse makin membuktikan kapasitasnya untuk bisa larut dengan musik Deep Purple. Di album ini pula, Airey semakin mengentalkan permainannya di musik Deep Purple. Tidak seperti di album debutnya, Bananas, di tahun 2003, di album Rapture of Deep Purple, Airey memberikan sentuhan khusus “Clearly Quite Absurd“ lewat permainan kibornya.
Namun, terlepas dari itu semua, bagaimana pun Morse dan Airey patut mendapat apresiasi khusus akan kontribusinya “menyelamatkan” hidup Deep Purple. Terutama Morse, yang sejak awal kedatangannya, sebenarnya sempat memancing keraguan para penggemar.
“Saya tahu, saya memang akan selalu menjadi ‘anak baru’ di band ini,” ujar Morse, yang kerap dianggap kalah garang, dari Blackmore, saat membawakan lagu-lagu seperti “Smoke on The Water”, “Woman from Tokyo” ataupun “Highway Star”, di panggung. “Tapi, sebenarnya, saya telah bergabung dengan band ini jauh lebih lama dari yang orang pikir.”
Eksistensi Hingga Saat Ini
Tahun 1999, Jon Lord, dengan bantuan seorang penggemar, menciptakan kembali Concerto for Group and Orchestra dan diselenggarakan kembali di Royal Albert Hall pada September 1999 dengan The London Symphony Orchestra. Konser mencakup karya dari karir solo setiap anggota maupun Deep Purple dan direkam dalam album In Concert with the London Symphony Orchestra tahun 2000. Beberapa tahun seterusnya, band menghabiskan waktu dalam perjalanan tur yang tiada hentinya hingga tahun 2002, sewaktu anggota pendiri Jon Lord (Jon Lord dan Ian Paice merupakan dua anggota yang menetap disetiap inkarnasi Deep Purple) menyatakan pengunduran diri dari Deep Purple untuk menjalankan proyek orkes pribadinya. Keyboardist veteran Don Airey, eks Rainbow dan Whitesnake, yang pernah membantu Deep Purple sewaktu Lord terluka tahun 2001, diajak bergabung. Tahun berikutnya, Deep Purple rilis album studio pertama dalam lima tahun terakhir, Bananas, dan mengadakan tur. Oktober 2005, 37 tahun setelah pembentukan Deep Purple, mereka rilis sebuah album yang progressive dan eksperimental, Rapture of the Deep, yang dianggap sebagai album terkuat sejak Purpendicular. Peluncuran album diikuti tur dunia.
Meskipun sering diasosiasikan dengan heavy metal, Deep Purple tidak pernah merasa diri sebagai band heavy metal. Akan tetapi, banyak band heavy metal menyatakan dipengaruhi Deep Purple. Deep Purple sering mengganti line-up dan merubah gaya main, namun kecanggihan permainan dengan line-up pemain handal tetap dipertahankan. Beberapa inkarnasi Deep Purple memberikan aspek jazz dan classical ke musik rock gaya mereka dengan menggunakan lagu sebagai sarana untuk memperpanjang solo instrumental.
Meskipun sering diasosiasikan dengan heavy metal, Deep Purple tidak pernah merasa diri sebagai band heavy metal. Akan tetapi, banyak band heavy metal menyatakan dipengaruhi Deep Purple. Deep Purple sering mengganti line-up dan merubah gaya main, namun kecanggihan permainan dengan line-up pemain handal tetap dipertahankan. Beberapa inkarnasi Deep Purple memberikan aspek jazz dan classical ke musik rock gaya mereka dengan menggunakan lagu sebagai sarana untuk memperpanjang solo instrumental.
(dari berbagai sumber)
0 komentar :
Post a Comment